-
Kaca Spion
Selasa, 20 Januari 2015
Masa lalu itu ibarat kaca spion mobil, ucapmu suatu hari.
Aku : Mengapa bisa begitu?
Kamu : Kamu tahu mengapa kaca spion mobil diciptakan lebih kecil ukurannya daripada kaca depan?
Aku : ...
Kamu : Agar kita tidak terpaku pada masa lalu. Kaca spion itu masa lalu kita, cukuplah ia menjadi cerminan. Agar tidak terulang kecelakaan-kecelakaan kecil dalam perjalanan.
Aku : Lalu mengapa kaca depan itu diciptakan lebih lebar dan luas?
Kamu : Itulah masa depan. Masa depan kita sesungguhnya lebar dan luas. Kita diajak untuk lebih fokus terhadap masa depan kita yang sudah jelas dihadapan.
Aku : Lalu, bagaimana jika kita tidak bisa terlepas dari masa lalu kita?
Kamu : Bukannya tidak bisa, tapi kamu tidak mau.
Aku : ...
Kamu : Sebenarnya kamu sudah diberi kaca depan yang amat luas dan jernih. Tapi kamu memilih terus terpaku pada kaca spionmu. Apakah kamu mampu melajukan mobilmu jika pandanganmu sama sekali tidak fokus menatap kaca depanmu. Tidak akan bisa, aku yakin itu.
Aku : Lalu bagaimana jika masa lalu masih menghantuiku?
Kamu : Itu hanya ketakutan kecilmu. Jika kamu masih terpaku pada kaca spion itu, kamu tidak akan pernah bergerak maju dan stagnan pada posisimu saat ini. Tengoklah kaca spionmu sesekali, sebagai pengingat bahwa kamu pernah tersendat pada suatu titik. Jadikan itu sebagai pelajaran dan hikmah berharga. Selebihnya tataplah kaca depanmu dengan keyakinan kuat di dadamu. Kamu pasti mampu melaju, bahkan melampaui perkiraanmu.
Aku : Tapi apakah ada yang mau menerima masa lalu seseorang, seburuk apapun itu?
Kamu : Pasti (akan) ada.
Aku : Mengapa kamu begitu yakin?
Kamu : Karena setiap mobil pasti dilengkapi kaca spion. Tidak ada yang tidak pernah berbuat kesalahan. Sekecil apapun itu, setiap orang memiliki masa lalu. Saat pengendara itu saling bertemu, mereka akan saling bersinergi. Menghargai kejujuran apapun yang pernah nampak pada kaca spionmu. Kalian nantinya akan bergantian menjadi sopir, saling melengkapi dan meng-asisteni. Asalkan kamu mau jujur pada dirimu sendiri, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Aku : Namun, apakah nantinya kami (akan) mampu tetap terus berjalan?
Kamu : Bukankah sejak awal mesin mobil itu dinyalakan, kalian sudah tau tujuan yang akan kalian perjuangkan. Ridha Allah, itu sudah pasti bukan?
(Percakapan imajiner, antara Aku dan Diriku)
Diposting oleh Unknown di 07.44 | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
Subhanallah,,, boleh di share nih kerren
Subhanallah kerren, boleh share nih
Monggo silahkan, semoga bermanfaat :)