Rss Feed
  1. Sang Maestro Kehidupan

    Senin, 05 Januari 2015


    Sebutlah namanya Damar. Ia dikenal sebagai seorang pengusaha sukses, owner sebuah restoran terkenal di kota Bandung. Sudah tidak terhitung berapa ratus outlet yang tersebar di seluruh antero nusantara. Dengan omzet jutaan rupiah perhari dia mampu memberdayakan hampir 150 panti asuhan di seluruh Indonesia, mendirikan lembaga zakat yang mencetuskan program perentasan kemiskinan dan jaminan pendidikan bagi yatim piatu dan kurang mampu. Selama tiga tahun berturut-turut selalu memegang penghargaan Inspiring Entrepreneur of Year. Disamping itu yang lebih membanggakan bagi dirinya, ketiga anaknya satu per-satu menjadi penghafal al-Qur’an (Hafidz dan Hafidzah), bahkan anak pertamanya mampu menyelesaikan hafalan Qur’annya dalam usia yang sangat belia, 15 tahun.
                    Tidak ada yang mengira, bahwa kesuksesan yang diraih oleh Damar dan keluarganya sangat kontras dengan kehidupannya dua puluh tahun silam. Siapakah yang tidak kenal dengan sosok Damar, seorang anak tunggal dari pengusaha terkaya di Bandung. Tapi bukan itu yang menjadikannya terkenal, justru dunia gemerlap dan gelap yang ia habiskan selama masa mudanya pernah mengantarkan dirinya merasakan dinginnya lantai penjara selama beberapa kali. Baik itu karena tawuran antar gangster, perdagangan narkotika hingga percobaan pembunuhan. Jelas hal tersebut membuat kedua orangtua Damar merasa putus asa. Satu-satunya keturunan yang mereka harapkan, justru menjadi aib bagi rumah tangga mereka. Kedua orangtuanya benar-benar pasrah.
                    Namun semua keadaan itu seketika berubah, ketika Damar terlibat dalam sebuah kecelakaan tragis yang mengakibatkan dirinya mengalami koma selama hampir satu bulan. Hingga pada suatu malam, dia tersadar dari komanya. Didapatinya suara lirih lantunan al-Qur’an dari seorang perempuan yang tidak lain adalah perawat yang sedang shift malam menjaga dirinya. Entah mengapa tiba-tiba ia merasakan getaran hebat yang meremukkan segala keangkuhan dirinya selama ini. Dan untuk pertama kalinya dia menangis, setelah sekian lama tidak pernah merasakan apa itu air mata.
                    Tiga tahun telah berlalu dari kecelakaan tragis itu, dan kini Damar dikaruniai Allah seorang anak laki-laki yang lucu. Ya, kejadian tersebut telah mempertemukannya dengan seorang perawat shalihah. Dialah perawat yang mengaji ketika shift malam itu. Dan tak terasa tujuh belas tahun sudah Damar dan istrinya membina rumah tangga dan mendidik putra-putrinya menjadi penghafal al-Qur’an. Kini Damar sudah berkarir sebagai Entrepreneur muda, motivator dan penulis dibeberapa media cetak. Setiap kali Damar ditanya bagaimana dia bangkit dari keterpurukan hingga bagaimana cara mendidik anak-anaknya menjadi penghafal al-Qur’an, dia selalu menggandeng tangan istrinya dan berkata, “Dia adalah bidadari terhebat yang Allah kirimkan untuk mendampingi saya dan anak-anak saya menuju surga. Kalau anda semua ingin mengetahui kunci kesuksesan saya, kuncinya adalah istri saya yang sholehah ini.” Subhanallah.

    Dia adalah penentu surga dan neraka suami serta lentera bagi anak-anaknya

                    Kisah Damar diatas hanya segelintir dari kisah-kisah sukses para suami yang disokong oleh ke-shalihahan istrinya. Jangankan menentukan kesuksesan sebuah keluarga, seorang salafus shalih berkata, “Jika kamu ingin melihat kesuksesan sebuah kaum, maka lihatlah bagaimana wanitanya. Begitu juga sebaliknya, jika kamu ingin melihat kemunduran sebuah kaum, maka lihatlah pula wanitanya.” Subhanallah, sungguh peran seorang wanita dalam membentuk sebuah peradaban sangatlah besar. Tidak usah yang muluk-muluk pada persoalan negara atau peradaban, dalam lingkup kecil bernama keluarga keharmonisannya jelas dipengaruhi dengan hadirnya wanita sholehah. Hanya wanita sholehah lah yang mampu menjaga kehormatan dirinya bagi suaminya, ataupun mendukung suaminya untuk berpegang teguh pada syari’at Islam. Meneguhkan dan menguatkan suaminya tatkala ia bersedih dan merasa ragu. Mengingatkan suami bila mulai bergeser ataupun melenceng dari koridor agama. Wanita shalihah mampu menjadi partner terbaik bagi dunia dan akhirat suami. Begitu juga dalam proses mendidik anak-anaknya. Anak-anak yang cerdas dan unggul dalam akademiknya, matang secara emosionalnya dan cakap akan spiritualnya dulunya ketika dia masih bayi dan belum mampu berbicara, ibunyalah yang setiap hari mengamunisinya dengan ‘kecerewetan’ tentang hal-hal apa saja yang beliau lihat disekelilingnya. Sebagai contoh kecil, ketika sang ibu melihat daun, dipetiknya daun itu dan disodorkan pada bayi kecilnya. Lalu diceritakanlah tentang komponen penyusun zat klorofil, bagaimana stomata menangkap karbondioksida hingga kecanggihan proses fotosintesis, tak peduli apakah si bayi mengerti ucapannya atau tidak. Beberapa pakar  ilmiah sudah membuktikan bahwa bayi dari umur nol hingga tiga tahun merupakan masa-masa emas bagi pertumbuhan kecerdasannya. Dan tentunya, bukan ibu sembarangan pula yang mampu mencetak anak-anak yang cakap intelektual, emosional dan spiritualnya. Hanya para ibu shalihah dan cerdas ketiganya(intelektual, emosional, spiritual) pula yang mampu melakukannya.

    Wahai kaum hawa, jadilah ‘maestro-maestro’ berikutnya

                    Pada hakikatnya menjadi wanita ataupun istri yang shalehah bukanlah takdir, akan tetapi ia harus diusahakan dengan ikhtiar dan do’a. Ini adalah sebuah pilihan, yang mana akan sangat menetukan kelangsungan peradaban Islam setelahnya. Dari sebuah keluarga yang shalih akan membentuk masyarakat yang shalih pula. Dari masyarakat yang shalih, terbentuklah sebuah negara yang shalih. Dan pada akhirnya terbentuklah sebuah peradaban Islam yang selama ini kita dambakan.

                    Mempersiapkan diri harus diawali sedini dan sesegera mungkin. Yang pasti proses tersebut tidak didapatkan dengan segala hal yang berbau instant. Semua butuh proses, kesabaran dan tekad kuat untuk berubah menjadi semakin baik dan lebih baik. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Ali-Imran(3) ayat 200, “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negrimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Wallahu a’lam bis shawab.

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar