Kalau postingan saya yang lalu lebih banyak mengulas tentang perempuan, sekarang saya akan membahas tentang laki-laki.
Sebenarnya bahasan ini tidak dikhususkan pada laki-laki saja. Bahkan perempuan sangat perlu belajar dari hal ini.
Man behind the scene.
Ini cerita tentang seorang teman saya, ceritanya dia seringkali menjadi 'man behind the scene' yang sesungguhnya. Dalam setiap acara yang diadakan di lembaga kami, beliau seringkali menjadi panitia 'belakang layar' yang bertugas memastikan kesiapan dan kelengkapan. Dan seringkali keberadaannya memang kurang diperhitungkan, alias 'agak' diremehkan.
Tugasnya memang terkesan 'remeh'. Angkut-angkut meja dan kursi. Memastikan kesiapan sound system. Pasang-pasang kabel dan segala urusan yang masih berhubungan dengan perlengkapan. Istilah kerennya ko-orlap. Koordinator lapangan.Alhamdulillah, setiap kali kami mengadakan acara sejauh ini lancar-lancar saja. Bahkan bisa dibilang sukses, yang tentunya semua dapat terlaksana atas kerjasama dan harmonisasi yang baik antar sesama panitia.
Hingga kejadian kecil namun cukup membuat panitia kalang-kabut terjadi. Saat mengadakan training tentang menghafal Al-Qur'an, ternyata kabel proyektor dengan laptop milik tutor tidak kompatibel. Akibatnya, layar laptop tidak muncul-muncul juga di layar proyektor. Teman 'belakang layar' kami sedang dirawat di rumah sakit, lantaran terserang thypus. Alhasil, semua panitia unjuk kebolehan untuk menyambungkan proyektor hehe. Meskipun sudah diutak-atik, diupayakan dan diganti dengan laptop lain. Dan entah kenapa kebetulan meski sudah diganti laptopnya, tetap saja tidak mau tersambung. Panitia mulai resah. Sedangkan jam terus berputar. Hampir satu jam panitia berupaya untuk menyambungkan proyektor, namun nihil. Akhirnya gagal dan terpaksa training hari itu menggunakan whiteboard dan diterangkan secara manual. Tidak efesien memang, tapi mau bagaimana lagi.
Itulah, terkadang ada seseorang yang kehadirannya jarang atau bahkan sama sekali tidak kita hiraukan dan perhitungkan. Saat ia tidak ada, barulah terasa betapa kita sangat memerlukannya. Semoga pengalaman sederhana ini mampu kita petik secuil hikmahnya, bahwa setiap pribadi yang terlahir di dunia ini punya kelebihan, karkteristik dan perannya masing-masing. Tidak ada yang lebih hebat ataupun rendah. Pemilik perusahaan tambang dengan seorang marbot masjid sama saja derajatnya di mata Allah. Tak ada yang lebih rendah maupun tinggi. Bukankah hanya taqwa yang mampu menyisihkan satu dengan lainnya? Semoga kita semua digolongkan dalam hamba-hamba yang bertaqwa. Allahua'lam bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar