Rss Feed
  1. Mengapa Aku 'Harus' Menulis?

    Jumat, 16 Januari 2015



    Karena Allah menakdirkan saya sebagai seorang perempuan.

    Itulah alasan paling kuat mengapa saya harus menulis.

    Kesadaran ini benar-benar tumbuh, saat saya tidak bisa ikut andil dalam berbagai organisasi yang aktif dalam kegiatan dakwah dan keislaman. Bukan karena tidak mau, tapi karena sebuah keadaan yang memang mengharuskan saya lebih fokus terhadap kegiatan saya sekarang ini(mengajar Al-Qur'an).

    Sedang batin saya seringkali bergejolak terhadap kejadian-kejadian yang ada di sekeliling saya. Mau menyampaikan secara lisan, saya sadari itu akan sangat melelahkan. Karena saya sadar siapalah saya. Saya hanya seorang perempuan biasa yang tidak memiliki massa dan mampu menarik pendengar agar terbius dengan kata-kata. Sedangkan dunia tiada berhenti berputar. Mengikis sisa waktu dan jatah umur saya secara kejam. Jika kemudian saya tetap stagnan pada kondisi saat ini, lalu pada hari pembalasan nanti, apa yang mampu saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah?

    Saya sadar sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk saling menasihati dalam kebaikan. Mengingatkan pada diri sendiri khususnya terhadap hal-hal yang munkar. Tidak dipungkiri, sungguh ini bukan perkara mudah. Terlebih acapkali bercermin pada diri sendiri, betapa compang-campingnya diri ini. Sungguh tak pantas dan tak layak. Tapi ini adalah tugas saya sebagai seorang muslim, sebagai agen muslim yang baik.

    Kemudian terbersit dipikiran saya. Tapi ini adalah tugas saya selama Allah masih memberikan saya kesempatan menghirup nikmat hidup dariNya. Saya tidak ingin apa yang saya sampaikan nanti terlupa begitu saja, khususnya bagi saya pribadi. Saya tidak ingin manfaat ini terlewat begitu saja, kemudian terlupa dan dilupakan.

    Dan akhirnya saya pustuskan untuk menulis. Sejatinya ketika saya menulis, saya sedang menasihati diri saya sendiri. Seperti saat ini. Seolah saya berkata pada diri saya, "Kamu harus menulis" Sisi lain diri saya bertanya, "Mengapa harus?"

    Diri saya menjawab:
    "Karena kamu perempuan, ruang gerakmu tidak seluas mereka yang laki-laki. Jadi, menulis adalah medan dakwah terbaikmu."

    "Karena kamu nantinya akan menjadi seorang istri dan ibu. Dengan tanggung-jawab rumah tanggamu, kamu masih tetap mampu berbagi dan memetik hikmah dari setiap sisi kehidupan. Tidak perlu keluar rumah, cukup sisihkan waktu disela pengabdianmu. Jadi, menulis adalah tempat terbaikmu untuk berbagi dengan sesamamu. Menebar manfaat dari tiap dawai-dawai hikmah yang Allah curahkan tiada habisnya pada dirimu."

    "Karena kamu hamba yang lemah lagi fakir. Tidak ada yang menjamin panjang umurmu, sehat jasadmu, melimpah rizkimu dan cukupnya hartamu. Tidak ada yang menjamin. Jadi, menulis adalah tabungan akhiratmu dan jariyah yang siap mengalir disepanjang hayatmu. "


    Perenungan sederhana di sepertiga malam.



  2. 0 komentar:

    Posting Komentar