Rss Feed
  1. Mereka bukan 'keranjang sampah' kita

    Kamis, 08 Januari 2015


    “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)

    Seperti kebiasaan yang sudah-sudah, minimal satu minggu sekali saya pulang ke rumah untuk menengok kedua orang tua. Hari itu memang cuaca sedang mendung, dan sepertinya memang sebelas dua belas keadaannya dengan suasana hati saya. Ada beberapa hal yang membuat saya hari itu sangat tidak bergairah, nampaknya kedua orangtua saya cukup mampu membacanya dalam raut wajah saya. Hingga saya berpamitan untuk pulang, ibu saya berkata "Nak, seharian di rumah kok kayaknya kamu muram terus. Kenapa nduk?" Awalnya saya hanya menjawab, "Oh, nggak apa Umi." Namun insting keibuannya sungguh tidak bisa dibohongi. Akhirnya, mau tidak mau karena didesak saya bercerita juga. Meskipun hanya menceritakan secara garis besarnya, nampaknya ibu saya juga merasakan 'beban' yang saya rasakan. Jujur, saya jadi merasa sangat bersalah.

    Tidak dapat dipungkiri, disaat kita sedang dirundung masalah maka orang yang pertamakali siap  menjadi 'keranjang sampah' masalah kita adalah kedua orangtua, terlebih jika kita belum menikah dan berkeluarga.
    Orangtua, terutama ibu adalah pelarian utama kita saat masalah datang, hati gundah, patah hati hingga urusan yang kadang terlihat sepele. Namun, sadarkah kita bahwa mereka berdua pun memiliki masalah juga dalam hidupnya. Bahkan jauh lebih kompleks daripada yang kita hadapi. Pernahkah kita berfikir atau mencari tahu, dibalik gurat senyum dan ketenangan wajah mereka, gunungan masalah apa yang tengah dipikulnya? Pernahkan kita mencoba bertanya, membantu memecahkan ataupun perduli terhadap problem yang orangtua kita hadapi layaknya yang mereka lakukan kepada kita. Pernahkah?

    Ayah dan ibu kita mungkin hampir tidak pernah meminta anak-anaknya untuk mengerti permasalahan mereka. Justru sebaliknya, mereka selalu siap menjadi keranjang yang akan menampung masalah, tangisan, ratapan dan keluh kesah kita. Padahal, ketika mereka tahu sedikit masalah yang sedang kita hadapi, sejatinya mereka akan merasakan beban yang lebih. Lalu, masihkah kita merasa biasa-biasa saja jika pulang ke rumah hanya untuk mengeluhkan segudang masalah?

    Memang, orang tua tidak melarang. Bahkan mereka sangat merindukan saat-saat kita membutuhkan mereka. Tapi bukan setiap kali bertemu, keluhan lah yang kita sampaikan. Alangkah indah jika setiap kita pulang kita mempersembahkan kondisi hati terbaik kita. Senyum terbaik. Tutur kata terbaik. Dan hadiah terbaik. Ceritakan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, agar mereka turut tenang hatinya. Agar mereka merasa telah paripurna membesarkan kita.

    Karena kita tidak tahu, sampai umur ke berapakah kita masih bisa melihat senyum keduanya.

    Sebuah renungan di kaki gunung Merapi.

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar