Rss Feed
  1. Perempuan, tentang Menjaga

    Senin, 25 Mei 2015

    Perempuan, tentang Menjaga



    Ibu pernah bercerita kepadaku, bahwa seorang perempuan harus pandai-pandai menjaga dirinya dengan baik. Saat itu usiaku masih sangat belia. Sejujurnya aku idak begitu faham mengapa ibu berpesan seperti itu kepadaku. Kata ibu, suatu saat nanti ketia aku sudah berkepala dua aku akan memahaminya.

    Dan kini, saat aku sudah menginjak awal kepala dua aku mulai memahami dengan baik mengapa dulu ibuku berpesan seperti itu. Jauh-jauh hari sebelum aku sudah tumbuh seperti ini.

    Ternyata urusan menjaga diri itu bukan urusan biasa-biasa. Ini urusan penting yang semua perempuan harus tau.

    Setiap perempuan sejatinya harus menyadari bahwa dirinya adalah perhiasan berharga. Menjaga diri berarti menjaga salah satu perhiasan terbaik di bumi ini. Seperti kata Nabi, sebaik-baik perhiasan di bumi adalah perempuan shalihah. Perhiasan itu akan nampak indah jika diletakkan pada tempat yang seharusnya, dibalik bilik rasa malu dan kehormatan. Sehingga tidak semua dan sembarangan orang mampu untuk memandang, terlebih menyentuhnya.

    Namun terkadang banyak yang merasa tergoda untuk menampakkan kilaunya. Berlomba untuk menjadi perhiasan paling cantik luarnya. Tapi dia tidak sadar, bayak tangan-tangan pencuri yang kapan saja siap menyentuhnya. Akan banyak pasang mata yang bisa saja mengintai kemanapun ia berada, mengambilnya dari tempat yang seharusnya ia terjaga.

    Aku sebagai perempuan terkadang ingin juga menampakkan kilau-ku pada sekitar. Namun acapkali keinginan ini berbisik, aku selalu teringat pesan ibu yang lain. Hati-hati nak, hati perempuan seperti kita itu ibarat gelas kaca. Sekali ia retak atau bahkan pecah maka akan sulit menyatu kembali walau diberi perekat paling baik sedunia. Jangan mudah untuk menebar pesonamu, jangan mudah tergoda oleh pesona disekitarmu. Jika memang keindahan paras terkadang mengusik perasaanmu, mintalah pada Allah agar kau mampu melihat keindahan yang datang dari hati. Tetaplah menjaga dirimu nak. Tetaplah menjadi perhiasan terbaik bagi ibu ayahmu, dan seseorang yang kelak menggenapkanmu.

    Jogja. Menjelang Duhur, dibawah langit yang mentarinya masih menyembul malu-malu.

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar