Ini tentang pertanyaan-pertanyaan teruntuk diriku oleh diriku yang dulu pernah aku pertanyakan.
Allah itu sungguh-sungguh romantis. Buktinya, Dia selalu memberikan kejutan di akhir. Kejutan mengenai makna kehidupan dan makna dari dikabulkannya setiap do'a-do'a yang pernah kita ajukan pada-Nya.
Do'a-do'a kita pasti dikabulkan. Ada tiga sisi mengenai dikabulkannya do'a-do'a yang ingin Allah tanamkan pada kita.
Yang pertama : "Iya, boleh," Mengajarkan kita untuk bersyukur. Artinya keinginan kita selaras dengan ingin Allah.
Yang kedua : "Iya, tapi nanti," Mengajarkan kita untuk bersabar. Ada kalanya Allah menunda kapan saat yang tepat untuk memberikan apa yang kita harapkan. Hal itu untuk mendidik kita, seberapa besar kerinduan kita pada-Nya, meskipun tidak diberi saat itu juga.
Yang ketiga : "Iya, tapi yang lain," Mengajarkan kita keikhlasan. Bahwa kadang dengan tidak dikabulkan sesuai permintaan adalah cara Allah untuk mengabulkan do'a-do'a. Karena bisa jadi apa yang menurut kita baik, belum tentu menurut Allah itu baik. Allah yang telah menciptakan kita sewujud rupa. Dia jugalah yang paling mengerti apa yang dibutuhkan oleh ciptaan-Nya. Andaikan kita ini seorang penemu robot, kita berhak bukan untuk meng-utak-atik robot buatan kita semau kita? bukankah kita pula yang paling tahu apa yang dibutuhkan dan cocok untuk robot ciptaan kita? Itu sudah pasti.
Sekarang jawabannya kembali pada diri kita masing-masing. Tetapkah kita pada persangkaan baik (khusnudzon) kepada Allah, atau justru sebaliknya. Sesungguhnya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita selama ini, sudah terjawab.
Senja di pusat Jogjakarta. Amsaina 'ala fitratil Islam.
0 komentar:
Posting Komentar