Ini perihal orang-orang yang memilih kesucian dan kebersihan hatinya terjaga:
Jika aku boleh, rasanya aku ingin berkata dan mengungkapkannya.
Tapi aku sadar, mungkin ucapku akan mengguncangkan dinding pertahananmu yang sudah susah-susah kau bangun.
Aku juga sadar, akan ada gempa maha dahsyat di bilik paling dalam di hatimu yang siap memporak-porandakan dan meluluhlantakkan ketenangan perasaanmu.
Bahkan mungkin hanya sekedar ucapan, "Aku mengagumimu"
Untuk itu aku memilih diam, karena mengungkapkannya berarti aku siap untuk menanggung dosa karena berhasil memecahkan konsentrasi interaksi antara dirimu dan Rabb-mu.
Aku tidak cukup punya tabungan pahala yang siap kuhanguskan dengan menjadikanku bayangan dan lukisan fatamorgana di sepasang pelupuk teduhmu.
Kau tahu, dalam kebisuan ini aku menjaga mu.
Meski sejatinya aku benci untuk membisu dan menyimpan sendiri perasaan ini.
Tapi, demi tidak mengusik kehormatanmu aku merindukanmu dalam bait-bait do'a.
Karena setahuku, do'a adalah ungkapan rindu paling dahsyat. Biar Tuhan yang memilihkan dan menentukan. Dia Yang Maha Tahu.
Sedangkan aku tidak tahu menahu tentang apa-apa tentang mu, kecuali secuil kekaguman.
Dalam diam ini, aku juga tidak ingin meletakkan harapan padamu. Karena jika aku meletakkan harapanku pada selain Rabb-ku, aku pasti akan kecewa.
Karena aku diam bukan berarti aku tidak berusaha.
"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kau mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain-Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya"
Teruntuk jiwa-jiwa yang sedang merindu. Cukup 'titipkan' rindumu pada Sang Penggenggam Segala Hati. Bahwa Dia pasti tahu mana yang terbaik bagimu. Berusahalah, beriktiarlah, berdo'alah lalu tawakkallah.
0 komentar:
Posting Komentar