-
Melipat Jarak antara Matahari
Rabu, 25 Maret 2015
Kadangkala aku merasa berputar-putar sendiri. Melewati hari, subuh, senja dan petang yang acapkali terasa sama.
Memperhatikan daun daun yang layu kemudian gugur, setelah itu menyatu dengan bumi.
Menyaksikan ruh-ruh baru yang terlahir dari rahim ibunya.
Memandangi ruh-ruh yang juga berpulang pada Penciptanya.
Banyak jalan yang kulewati. Kadang kecil, sempit dan curam. Terkadang luas, lapang dan nyaman. Namun keduanya tidak memberiku sumbangan terhadap nafas hidupku sekalipun. Karena aku sadar, ruh ku dapat kembali bahkan di jalan yang paling mulus sekalipun.
Kemudian aku mulai melipat jarakku dengan matahari dengan begitu sadis. Tanpa mengilhami dan meng-imani bahwasannya jarak ini semakin lama semakin kerdil. Aku seperti jiwa yang tidak memiliki isi mengenai hakikat dan tujuan dari melipat jarak antara aku dan matahari. Hingga jarak antara subuh dan senja seringkali terlupa dan tidak terasa.
Dan saat jarak antara aku dan matahari semakin dekat. Lalu aku sadar bahwa aku tidak bisa meminta kembali tumpukan lipatan yang sudah aku tinggalkan di tahun-tahun sebelumnya. Pun aku tidak bisa menerka akan berapa jauh lagi aku bisa melipat kembali jarak ku dengan matahari.
Aku tersungkur di waktu dimana matahari hampir menyinari, semoga aku masih diberi sujud-sujud yang selalu mengiringi perjalananku di sepanjang jarak menuju matahari.
Yogyakarta, waktu dhuha.Diposting oleh Unknown di 18.54 | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
Amiinn