Selayang tulisan untuk adik-adik didikku.
Kata yang pertama kali muncul dalam benak kakak saat melihat binar-binar mata kalian, "Tuhan, mereka ibarat butiran permata yang teramat berkilauan."
Adikku, kau tahu?
Permata terindah itu berasal dari perut bumi paling dalam. Di tempat paling tidak nyaman. Panas. Bau belerang. Gelap dan pengap. Begitulah kalian saat ini. Kalian diasih dalam segala ketidak nyamanan. Gerak kalian tidak bisa sebebas bebatuan yang lain. Yang bisa menggelinding sesuka hati. Sedangkan kalian 'dipaksa' untuk tetap berdian ditempat. Dipanaskan dan didiamkan sedemikian lama. Namun kalian perlu tahu, pada saatnya kalian keluar nanti, kalian akan sangat bernilai harganya. Tentu orang awam pun tahu dan bisa membedakan mana yang batu apung dan mana yang batu permata bukan? Dan kalian adalah batu permata yang masih dipanaskan di perut bumi itu.
Adikku, kau tahu?
Kadang mungkin kalian merasa jengkel, sebal dan tidak terima saat kakak mu ini menghukum kalian karena suatu kesalahan. Atau kadang kalian merasa apa-apa serba dilarang. Tidak boleh ini. Tidak boleh itu. Adikku, kalian tahu Muhammad Al-Fatih? Itu lho komandan pasukan kekhalifahan Turki Utsmani yang berhasil merobohkan dinding-dinding perkasa Konstantinopel, dulunya sewaktu kecil dia dididik oleh seorang guru yang teramat tegas. Hei tapi jangan salah, seandainya dulu si Fatih kecil tidak dididik dengan ketegasan, dia tidak akan pernah menjadi seorang panglima besar yang namanya dikenang sepanjang zaman. Karena ketidak tegasan akhirnya hanya melahirkan generasi-generasi lemah yang tidak siap berjuang. Dan kakak tidak ingin kalian seperti itu. Kakak ingin esok kalian akan menjadi pembuka gerbang peradaban Islam selanjutnya. Adikku, kejayaan Islam dan peradaban yang mulia hanya dapat kita ciptakan kembali jika kita mampu tegas dan kuat memegang prinsip hidup kita. Itulah yang kakak harapkan kelak menyatu dalam pribadi kalian.
Adikku, kau tahu?
Ketika kalian sakit. Mendapat masalah. Menangis karena suatu alasan, disini kakak kalian ikut merasakan. Kakak juga kepikiran. Ah lucunya kakak kalian ini. Kakak bukanlah kakak kandung kalian. Pertalian darah baik dekat maupun jauh saja tidak ada. Jadi sebenarnya kenapa ya kakak harus bersusah payah memikirkan kalian. Merasakan ketidaknyamanan kalian. Merasakan kesedihan kalian. Haha, entahlah kakak juga tidak paham. Tapi belakangan kakak menyadari, ini merupakan cinta. Cinta seorang saudara seiman kepada saudaranya yang lain. Rasa cinta yang perlahan menyatu menjadi rasa persudaraan. Ukhuwah. Adikku, ternyata ukhuwah bersama kalian itu indah.
Adikku, kau tahu?
Ternyata Allah menjadikan kalian sebagai batu loncatan bagi kakak untuk meraih ridha-Nya. Betapa kakak sangat berterimakasih, karena lewat kalian lah kakak belajar untuk lebih dewasa. Lewat kalian lah kakak belajar untuk lebih memahami dan belajar karakter dan kepribadian manusia. Lewat kalian lah kakak belajar untuk tidak pamrih dan menyemai selalu keihklasan dalam setiap tindakan yang kakak ambil. Dan lewat kalian lah sebenarnya, Allah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kakak untuk mengumpulkan tabungan akhirat.
Alhamdulillah. Kakak sangat bersyukur. Bersyukur sekali.
Adik-adikku, semoga kalian mampu memahami. :)
Uhibukunna fillah.
Dedikasi untuk adik-adikku di Rumah TahfidzQu Deresan.
0 komentar:
Posting Komentar