Dia menuturkan, bahwa target-target pencapaian dalam hdiup ini ibarat gas dalam kendaraan. Banyak sekali orang yang ingin segera sampai pada tujuan yang dicita-citakan. Akhirnya mereka berlomba untuk menginjak gas kencang-kencang. Dengan asumsi bahwa sesiapa yang paling kencang saat tancap gas maka dia akan lebih dulu sampai pada tujuan yang diinginkan. Ya, asumsinya begitu.
Tapi banyak juga yang tidak sadar, bahwa jalanan itu tidak selalu mulus. Ada jalanan rusak. Dari kerusakan kecil hingga parah. Mungkin ada paku. Pecahan kaca. Sampai orang yang menyebrang jalan secara tiba-tiba. Jika dia tidak bisa bermain kopling, tentu akan ditabrak saja kesemua itu. Hasilnya? ringseklah. Apakah dia akan sampai pada tujuan yang diinginkannya? Tidak.
Teman baik saya melanjutkan. Gas itu ibarat keinginan duniawi kita. Sedangkan kopling adalah penyeimbang, yang bukan lain adalah ibadah, doa dan hubungan kita dengan Allah. Semakin pintar kita memainkan kopling, jaminan keselamatan akan semakin tinggi. Pencapaian akan tujuan yang diinginkan semakin mudah untuk direalisasikan.
Ketika tujuan itu berupa puncak sebuah gunung, maka kita tidak bisa asal menancap gas. Motor yang melewati jalan menanjak tidak akan mampu jika menggunakan gigi tinggi. Justru gigi rendah dan usaha yang terus menerus akan mengikis segala ketidak mungkinan itu.
Ingat. Gigi tinggi itu ibarat kesombonganmu, sedangkan yang rendah adalah kerendahan hati. Puncak kesuksesan itu tidak akan pernah terbayar oleh secuil perasaan bernama kesombongan.
Saya mengangguk-angguk. Sontak saja saya ingin bercermin. Ada di gigi berapakah saya?
0 komentar:
Posting Komentar