Rss Feed
  1. Tentang Diam

    Rabu, 25 Maret 2015

    Cerita tentang ungkapan hati. Bisa jadi ini terdetik dalam hatimu, baik laki-laki maupun perempuan.

    Ini perihal orang-orang yang memilih kesucian dan kebersihan hatinya terjaga:

    Jika aku boleh, rasanya aku ingin berkata dan mengungkapkannya.


    Tapi aku sadar, mungkin ucapku akan mengguncangkan dinding pertahananmu yang sudah susah-susah kau bangun.

    Aku juga sadar, akan ada gempa maha dahsyat di bilik paling dalam di hatimu yang siap memporak-porandakan dan meluluhlantakkan ketenangan perasaanmu.
    Bahkan mungkin hanya sekedar ucapan, "Aku mengagumimu"

    Untuk itu aku memilih diam, karena mengungkapkannya berarti aku siap untuk menanggung dosa karena berhasil memecahkan konsentrasi interaksi antara dirimu dan Rabb-mu.

    Aku tidak cukup punya tabungan pahala yang siap kuhanguskan dengan menjadikanku bayangan dan lukisan fatamorgana di sepasang pelupuk teduhmu.

    Kau tahu, dalam kebisuan ini aku menjaga mu.

    Meski sejatinya aku benci untuk membisu dan menyimpan sendiri perasaan ini.
    Tapi, demi tidak mengusik kehormatanmu aku merindukanmu dalam bait-bait do'a.
    Karena setahuku, do'a adalah ungkapan rindu paling dahsyat. Biar Tuhan yang memilihkan dan menentukan. Dia Yang Maha Tahu.
    Sedangkan aku tidak tahu menahu tentang apa-apa tentang mu, kecuali secuil kekaguman.

    Dalam diam ini, aku juga tidak ingin meletakkan harapan padamu. Karena jika aku meletakkan harapanku pada selain Rabb-ku, aku pasti akan kecewa.


    Karena aku diam bukan berarti aku tidak berusaha.


    "Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kau mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain-Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya"


    Teruntuk jiwa-jiwa yang sedang merindu. Cukup 'titipkan' rindumu pada Sang Penggenggam Segala Hati. Bahwa Dia pasti tahu mana yang terbaik bagimu. Berusahalah, beriktiarlah, berdo'alah lalu tawakkallah.






  2. Kadangkala aku merasa berputar-putar sendiri. Melewati hari, subuh, senja dan petang yang acapkali terasa sama.

    Memperhatikan daun daun yang layu kemudian gugur, setelah itu menyatu dengan bumi.
    Menyaksikan ruh-ruh baru yang terlahir dari rahim ibunya.
    Memandangi ruh-ruh yang juga berpulang pada Penciptanya.

    Banyak jalan yang kulewati. Kadang kecil, sempit dan curam. Terkadang luas, lapang dan nyaman. Namun keduanya tidak memberiku sumbangan terhadap nafas hidupku sekalipun. Karena aku sadar, ruh ku dapat kembali bahkan di jalan yang paling mulus sekalipun.

    Kemudian aku mulai melipat jarakku dengan matahari dengan begitu sadis. Tanpa mengilhami dan meng-imani bahwasannya jarak ini semakin lama semakin kerdil. Aku seperti jiwa yang tidak memiliki isi mengenai hakikat dan tujuan dari melipat jarak antara aku dan matahari. Hingga jarak antara subuh dan senja seringkali terlupa dan tidak terasa.

    Dan saat jarak antara aku dan matahari semakin dekat. Lalu aku sadar bahwa aku tidak bisa meminta kembali tumpukan lipatan yang sudah aku tinggalkan di tahun-tahun sebelumnya. Pun aku tidak bisa menerka akan berapa jauh lagi aku bisa melipat kembali jarak ku dengan matahari.

    Aku tersungkur di waktu dimana matahari hampir menyinari, semoga aku masih diberi sujud-sujud yang selalu mengiringi perjalananku di sepanjang jarak menuju matahari.

    Yogyakarta, waktu dhuha.

  3. Biar Allah yang Menggerakkan

    Sabtu, 21 Maret 2015

    Saat kita gundah dengan segala keterbatasan, justru disitulah keadaan paling baik untuk mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Betapa jauh lebih banyak yang tidak seberuntung kita. Syukuri, maka biarlah Allah yang akan menggerakkanmu kesana.

    Ketika dihadapkan pada dua pilihan besar, antara kesuksesan diri dan kemaslahatan ummat, kadang disitu hati kita benar-benar diuji. Kelak cinta kitalah yang akan menggerakkan kita pada hal yang kita cintai. Jika memang harus memilih ummat, biarlah Allah menggerakkan kebaikan-kebaikan datang tanpa kita duga.

    Saat banyak orang memilih jalan yang mulus, luas dan ramai justru kita diberi pilihan untuk melewati jalan kecil, sempit nan curam. Disitulah kadang ego kita berperang, sungguh tidak mudah memilih jalan yang ber-aral. Tapi jika memang jalan itu yang harus kita ambil, maka biarlah Allah yang menggerakkan kaki kita untuk kuat melangkah dan melewati segala cabaran.

    Ketika jalan yang kita tempuh akhirnya tidak mudah, maka biarlah Allah yang memudahkan. Biarlah Allah yang menggerakkan hatimu agar mantap di jalan itu. Biarlah Allah yang menggerakkan kakimu agar tetap kuat melangkah dan berpijak. Biarlah Allah yang menggerakkan alam disekitarmu dan orang-orang disekelilingmu bersahabat denganmu.

    Maka pada akhirnya, biarlah Allah yang menggerakkan. Karena Dia yang memintamu untuk melewati jalan ini, Dia pula yang akan memudahkannya.

    Dan beginilah dakwah.

  4. Semoga Memahami

    Jumat, 06 Maret 2015



    Selayang tulisan untuk adik-adik didikku.

    Kata yang pertama kali muncul dalam benak kakak saat melihat binar-binar mata kalian, "Tuhan, mereka ibarat butiran permata yang teramat berkilauan."

    Adikku, kau tahu?

    Permata terindah itu berasal dari perut bumi paling dalam. Di tempat paling tidak nyaman. Panas. Bau belerang. Gelap dan pengap. Begitulah kalian saat ini. Kalian diasih dalam segala ketidak nyamanan. Gerak kalian tidak bisa sebebas bebatuan yang lain. Yang bisa menggelinding sesuka hati. Sedangkan kalian 'dipaksa' untuk tetap berdian ditempat. Dipanaskan dan didiamkan sedemikian lama. Namun kalian perlu tahu, pada saatnya kalian keluar nanti, kalian akan sangat bernilai harganya. Tentu orang awam pun tahu dan bisa membedakan mana yang batu apung dan mana yang batu permata bukan? Dan kalian adalah batu permata yang masih dipanaskan di perut bumi itu.

    Adikku, kau tahu?

    Kadang mungkin kalian merasa jengkel, sebal dan tidak terima saat kakak mu ini menghukum kalian karena suatu kesalahan. Atau kadang kalian merasa apa-apa serba dilarang. Tidak boleh ini. Tidak boleh itu. Adikku, kalian tahu Muhammad Al-Fatih? Itu lho komandan pasukan kekhalifahan Turki Utsmani yang berhasil merobohkan dinding-dinding perkasa Konstantinopel, dulunya sewaktu kecil dia dididik oleh seorang guru yang teramat tegas. Hei tapi jangan salah, seandainya dulu si Fatih kecil tidak dididik dengan ketegasan, dia tidak akan pernah menjadi seorang panglima besar yang namanya dikenang sepanjang zaman. Karena ketidak tegasan akhirnya hanya melahirkan generasi-generasi lemah yang tidak siap berjuang. Dan kakak tidak ingin kalian seperti itu. Kakak ingin esok kalian akan menjadi pembuka gerbang peradaban Islam selanjutnya. Adikku, kejayaan Islam dan peradaban yang mulia hanya dapat kita ciptakan kembali jika kita mampu tegas dan kuat memegang prinsip hidup kita. Itulah yang kakak harapkan kelak menyatu dalam pribadi kalian.

    Adikku, kau tahu?

    Ketika kalian sakit. Mendapat masalah. Menangis karena suatu alasan, disini kakak kalian ikut merasakan. Kakak juga kepikiran. Ah lucunya kakak kalian ini. Kakak bukanlah kakak kandung kalian. Pertalian darah baik dekat maupun jauh saja tidak ada. Jadi sebenarnya kenapa ya kakak harus bersusah payah memikirkan kalian. Merasakan ketidaknyamanan kalian. Merasakan kesedihan kalian. Haha, entahlah kakak juga tidak paham. Tapi belakangan kakak menyadari, ini merupakan cinta. Cinta seorang saudara seiman kepada saudaranya yang lain. Rasa cinta yang perlahan menyatu menjadi rasa persudaraan. Ukhuwah. Adikku, ternyata ukhuwah bersama kalian itu indah.

    Adikku, kau tahu?

    Ternyata Allah menjadikan kalian sebagai batu loncatan bagi kakak untuk meraih ridha-Nya. Betapa kakak sangat berterimakasih, karena lewat kalian lah kakak belajar untuk lebih dewasa. Lewat kalian lah kakak belajar untuk lebih memahami dan belajar karakter dan kepribadian manusia. Lewat kalian lah kakak belajar untuk tidak pamrih dan menyemai selalu keihklasan dalam setiap tindakan yang kakak ambil. Dan lewat kalian lah sebenarnya, Allah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kakak untuk mengumpulkan tabungan akhirat. 

    Alhamdulillah. Kakak sangat bersyukur. Bersyukur sekali.

    Adik-adikku, semoga kalian mampu memahami. :)
    Uhibukunna fillah.

    Dedikasi untuk adik-adikku di Rumah TahfidzQu Deresan.

  5. Rumus : Menjadi Baik

    Rabu, 04 Maret 2015


    Andai semua orang tahu dan paham, bahwa yang terbaik sudah disediakan Tuhan bagi kita. Kita tidak perlu resah dan takut. Takut tidak laku, takut tidak disukai, takut sendiri seumur hidup dan ketakutan-ketakutan lainnya.

    Ada sebuah rumus yang teramat indah. terutama jika kamu mau memahami, belajar dan mengamalkannya. Percaya atau tidak, ini seperti sebuah ramalan tentang siapa jodoh kita nanti. Aku akan memberitahumu, tapi ingat, jika tidak dipraktekkan maka hasilnya sama saja.

    Ssstt... ini rahasia. :)

    Kau tahu, Tuhan mengajari kita bahwa sesiapa yang ingin mendapat jodoh terbaik, maka dia harus memetamorfosa dirinya terlebih dahulu. Jadilah baik, maka kau akan dibersandingkan dengan orang-orang baik. Bahkan rumus ini bukan hanya untuk urusan perjodohan, tentu lebih luas. tentang bagaimana kita akan bertemu orang-orang baik dan mampu memberi kebaikan secara terus-menerus.

    Hei, Tuhan tidak akan pernah diam, percayalah. Terjaganya dirimu di sepertiga malam dengan surat-surat cinta yang kau alamatkan pada Tuhan akan selalu didengar oleh-Nya. Tidak ada yang luput. Tidak akan ada yang tercecer sama sekali. Tapi Dia Maha Tahu mana yang paling cocok dengan keadaan dirimu yang seperti ini dan seperti itu. 

    Ini sudah rumus kita sebagai manusia. Tapi kita tidak akan pernah mengerti rumus Tuhan yang pasti dan paling baik eksekusinya bagi kita. Maka tetaplah menjadi baik. Karena kita tidak tahu mana diantara ribuan sujud kita yang diterima. Mana dari sekian banyak do'a kita yang akan diwujudkan dalam hidup kita. Kita tidak tahu pada detik ke berapa kita disudahi jatah hidup di dunia.

    Tetaplah menjadi baik, lebih dari sekadar keinginanmu mendapatkan jodoh yang juga baik sepertimu. Sekali lagi, menjadi baik bukan berarti karena pamrih supaya Tuhan memberimu jodoh seperti ini atau itu. :)