-
Belajar Perjuangan Hidup dari BAYI
Jumat, 01 Februari 2013
Siapa yang tidak tahu dengan bayi. Semua orang tahu. Bahkan dulu kita semua memulai hidup dari fase ini. Mungkin sekilas kita memandang bahwa yang mampu dilakukan makhluk menggemaskan yang satu ini hanyalah menangis, berteriak, makan, minum dan buang air seenaknya. Mari kita kesampingkan dulu sisi yang satu itu. Marilah kita tengok sebuah fakta yang teramat hebat dari bayi.Pernahkah kita perhatikan, kapan bayi mulai bisa tengkurap, kemudian merangkak, merayap, berjalan akhirnya mampu berlali dan melompat. Banyak orang yang terkadang tidak menyadari dan memperhatikan proses ini. Ingatkah, saat dulu kita belajar untuk tengkurap, berapa kali tangan kita terjepit tubuh kita sendiri? tidak terhitung... jangan ditanya, pasti rasanya sakit. Lalu, mengapa bayi tetap beusaha untuk tengkurap? karena dia ingin mampu merangkak. Begitu pula saat bayi mulai belajar merangkak... berapa kali dia terjatuh dan tubuhnya membentur lantai? tidak terhitung banyaknya dan pastinya itu bukannya tidak sakit. Pasti sakit sekali rasanya? Tapi mengapa bayi tetap ingin merangkak? Karena dia ingin mampu merayap dan kemudian berjalan... hingga akhirnya mampu melompat-lompat dengan lincah.Sadarkah kita, bayi yang masih belum mampu berfikir akan pentingnya sebuah perjuangan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, rela untuk jatuh berkali-kali dan tergores di sana-sini untuk mencapainya. Namun, saat mereka tumbuh dewasa menjadi pribadi yang lengkap anggota tubuhnya, sempurna akal pikirannya, dan mampu untuk menyusun strategi dalam hidupnya, malah banyak yang frustasi. Ditempa sedikit masalah saja dia sudah menyerah. Mendengar komentar miring, dia sudah loyo. Mengapa dulu tidak ingat ketika dia masih bayi???Mari kita recharge ulang hati dan jiwa kita. Mulailah untuk memulai segala sesuatu dengan semangat dan kegigihan. Belajar hidup dari bayi, belajar hidup dari diri kita sendiri.Diposting oleh Unknown di 22.20 | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Ini kisah tentang seorang Bapak, Anak dan seekor keledai.Suatu hari, ada seorang bapak, anak serta keledai tunggangan mereka hendak melakukan sebuah perjalanan ke negeri sebrang. Pada mulanya, si bapaklah yang menunggangi keledai itu, sedangkan anaknya menuntun keledai itu di sampingnya. Tidak lama berselang ada orang lewat dan berkata:"Dasar bapak tidak tahu diri. Masak dia enak-enakan menunggangi keledai, sedangkan anaknya di biarkan jalan di sampingnya..."Mendengar ucapan orang tersebut, akhirnya bapak itu turun... sekarang gantian anaknya yang menunggangi keledai itu, sedangkan si bapak berjalan di sampingnya. Di tengah perjalanan, ada orang lagi lewat dan berkata:"Dasar anak durhaka, masak bapaknya disuruh menuntun, sedangkan dia enak-enakan menunggangi keledai..."Mendengar ucapan tersebut, akhirnya bapak dan anak itu memutuskan untuk menaiki keldai itu berdua. Belum mendapat setengah dari perjalanan, ada orang lagi lewat dan berkomentar:"Dasar bapak dan anak tidak punya rasa kasihan terhadap binatang. Masak keledai kecil begitu di tumpangi berdua?"Mendengar hal tersebut, akhirnya keduanya turun dan memutuskan untuk menuntun keledai itu bersama. Ada orang lagi lewat dan berkata:"Yah... dasar kalian ini bodoh, ada kendaraan kok cuma dituntun saja, mengapa tidak ditunggangi?"Karena sebal apa yang mereka lakukan selalu dianggap salah oleh orang lain, bapak dan anak itu akhirnya menggendong keledai itu. Frustasi!!!Nah itulah hidup. Kita tidak akan pernah lepas dari komentar dan pendapat miring dari orang lain. Nah, kalau kita terus-terusan mendengarkan komentar negatif untuk kita ikuti, yah... kita hanya akan stuck off di situ-situ saja. Tidak ada improvisasi dan kemajuan berarti dalam hidup kita. Iya kalau ada kemajuan, kalau semakin mundur? Mending ke laut aja, nggak usah hidup...Sudah sunatullah, bahwa manusia hidup di dunia ada yang menyukai dan ada yang membenci. Nah, sekarang yang terpenting, bagaimana cara kita menyikapinya? Komentar negatif memang perlu juga untuk perbaikan diri kita, tetapi bukan untuk selalu dibenarkan diikuti lho ya. Ingat, hanya sebagai sarana untuk perbaikan diri. So, jangan pernah takut untuk melangkah maju.Go extra miles! Man Shabara Zafira!
Diposting oleh Unknown di 19.22 | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Adalah sebuah pencapaian yang tidak pernah saya bayangkan. Dulu saya berangkat sebagai orang kecil yang memiliki cita-cita besar "Menjadi Penghafal Al-Qur'an". Memulai perjalanan saya sebagai santriwati Ma'had Tahfidh Al-Qur'an Putri Al-Amien Prenduan Sumenep Madura diterima sebagai anggota kelas matrikulasi 'Takmili'. Berangkat dari keawaman saya dan teman-teman satu angkatan yang saat itu berjumlah 35 orang tentang 'Bagaimana Cara Menghafal Al-Qur'an?', 'Apa itu bahasa Arab?', bahkan salah satu diantara kami ada yang tidak bisa membaca Al-Qur'an sama sekali... kami dengan segala kemampuan dan kapasitas yang kami punya, membangun sebuah peradaban baru bernama "X-SPEGENSES", satu kesatuan shof yang tetap menjadi saksi hidup bagi saya dan teman-teman matrikulasi. Saya ingat sekali saat ditunjuk sebagai 'stake holder' pelayaran shof kami menempuh perjalanan kami di kelas matrikulasi, betapa saya merasakan persaudaraan yang tidak ternilai harganya. Saling membantu, menguatkan, belajar bersama, mengaji bersama, tertawa bersama, bahkan kamipun menangis bersama saat kami harus berpisah dengan wali kelas kami.Dan tanpa terasa kami naik ke kelas X. Saat itu kesatuan kami tersisa 30 orang. Nah, disinilah perjuangan sesungguhnya dimulai. Di tahun ini segalanya berubah. Pada tahun ini, kesatuan kami berkolaborasi dengan santriwati yang lebih dahulu masuk ke pondok ini sejak lulus SD, bukan seperti kami yang masuk setelah lulus SMP. Dan, terbentuklah sebuah korps baru bernama "Q-RAZINICA"... Luar biasa... tidak mudah menyatukan karakter kami yang berbeda antara individu satu dengan yang lain. Namun, dengan saling mengerti dan mensolidkan visi dan misi kami, kami mampu mengarungi berbagai ombak dan karang dalam pelayaran kami menuju puncak kesuksesan.Empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Teramat berharga persahabatan yang kami ikat, hingga mampu menyuburkan semangat kami ketika sedang layu. Menegakkan kembali pertahanan kami ketika hampir jatuh. Dan... inilah akhir dari perjalanan kami di Ma'had ini. Dan semoga, WISUDA ini bukanlah akhir dari tali persahabatan yang telah membuhul dalam hati kami. Semoga Allah tetap menjaga kesolidan kami. Kini, Esok dan seterusnya.
Subhanallah wal hamdulillah...Diposting oleh Unknown di 08.30 | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Life is adventure. Dan setiap petualangan itu pasti ada rintangan dan ujian yang harus dilewati. Setiap rintangan adalah sebuah permasalahan yang harus diselesaikan. Dan setiap permasalahan itu butuh pemecahan yang berbeda caranya antara satu dengan lainnya.Pada intinya, setiap orang hidup di dunia ini pasti akan berjumpa dengan masalah tanpa terkecuali. Yang membedakan adalah bagaimana setiap individu itu menghadapi masalah. Bagaimana cara kita melihat dan dari sudut pandang seperti apa?Apabila kita berfikir bahwa rintangan yang sedang kita hadapi itu bukan suatu masalah. Maka ia tidak akan pernah menjadi masalah yang membebani kita. Namun berlaku juga sebaliknya. Anggap saja permasalahan itu sebagai tolok ukur ketahanan mental kita. Apakah kita termasuk pemenang yang siap menghadapi dan menerjang masalah tersebut dengan sikap jantan, atau justru menjadi pecundang yang mundur sebelum berperang. Mana pilihan kita? Mari kita tanyakan pada diri kita, karena hanya diri kita yang tahu jawabannya.Diposting oleh Unknown di 07.53 | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi nanti. Besok. Ataupun lusa. Kita juga tidak pernah tahu apa yang terbaik bagi diri, keluarga dan kehidupan kita. Tugas kita berikhtiar semaksimal mungkin memanfaatkan dan mengambil peluang dan momentum yang ada. Karena momentum hanya datang sekali dan tak akan pernah terulang. Sekali terlewat, ia akan hilang selamanya dan tidak akan pernah terulang. Sebelum kita kecolongan, mari ambil kesempatan untuk menjadi pemenang.Yang disebut sebagai orang besar bukanlah yang memiliki jabatan tinggi, harta banyak maupun penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Hakikat orang besar adalah yang mampu beramal secara totslitas dengan sepenuh keikhlasan dan kesabaran. Selama ini presepsi kita masih dibutakan oleh cara pandang instant mengenai hakikat orang besar. Bukan pejabat, presiden, ketua partai, ketua ormas yang disebut besar. Tapi lulusan pondok pesantren atau seorang yang pernah menimba ilmu agama, kemudian dia mengamalkan ilmunya di pelosok-pelosok negri nun jauh dengan tujuan berdakwah, itulah secuil contoh hakikat seorang yang besar dalam arti sebenarnya. Go ahead! Man jadda wajada!!!Diposting oleh Unknown di 07.49 | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |