“Kamu tidak akan
memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apa yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui” (QS.
Ali-Imran : 92)
Ada
sebuah kisah yang sangat menarik mengenai bersedekah. Sebuah kisah nyata yang
dituturkan langsung oleh narasumbernya kepada saya.
1 Juta Rupiah dibalas Umrah
Gratis
Sebut
saja namanya Imran, dia mengisahkan ketika kedua orang tuanya sedang mengikuti
sebuah seminar tentang sedekah pada akhir acara sang moderator membuka
kesempatan untuk seluruh peserta yang ingin “Bersedekah secara besar-besaran”,
tidak tanggung-tanggung, seluruh peserta yang baru saja mengikuti seminar
saling ber-fastabiqul-khairaat menginfakkan apapun barang berharga yang
sedang dibawa. Baik itu mobil, rumah, handphone, dan lain sebagainya. Termasuk
kedua orang tua Imran yang pada saat mengikuti seminar itu kebetulan membawa
uang sejumlah 1 juta rupiah. Tidak lebih, tidak kurang. Uang yang tadinya
berniat untuk dibelikan perabotan dapur sepulang dari seminar akhirnya
diinfakkan secara utuh, dengan keyakinan InsyaAllah uang itu akan lebih berkah
dan bermanfaat apabila diinfakkan, toh apabila ingin membeli perabotan dapur,
masih ada hari esok dan esoknya lagi. Bismillah, itu kuncinya.
Sepulang
dari seminar, semua berjalan apa adanya seperti hari-hari sebelumnya, sampai
akhirnya keesokan harinya seorang sahabat dekat ayah Imron menelefon, dan
secara cuma-cuma menawarkan paket umroh gratis untuk dua orang, dan menurut
jadwal keberangkatan, akan dilaksanakan satu minggu lagi. Ganggang telepon
tiba-tiba terjatuh tanpa ayah Imran sadari, seketika badannya tersungkur.
Dahinya bersujud mengucap syukur yang tiada tara. Betapa uang senilai satu juta
rupiah tidak ada bandingannya samasekali dengan ‘ganti’ yang Allah berikan
untuk membayar keikhlasan beliau berdua. Janji Allah terjawab sudah.
Manifestasi Tiada Rugi
“Perumpamaan
orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui” (QS. Al-Baqarah:261)
Seperti
yang disebut dalam ayat diatas, bahwa Allah SWT akan melipatgandakan apa saja
yang telah diinfakkan di jalan Allah bagi yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya. Jumlah pastinya dan dalam bentuk apakah balasan itu diberikan,
semua hanya Allah Yang Mahatahu dan lebih berhak untuk menentukannya. Balasan
Allah terlalu sempit apabila kita mengaitkannya dengan hal-hal yang berbau
materiil. Nikmat kesehatan, kelapangan waktu, didekatkan jodohnya, dimudahkan
bisnisnya, atau apapun itu yang berupa kenikmatan di dunia. Meskipun jikalau
tidak dibalas ketika di dunia, infak dan sedekah kita akan menjadi infestasi
ketika di akhirat kelak. Jangan pernah ragu ataupun takut jikalau nanti tidak
dibalas ataupun merugi, yang namanya manifestasi dengan Allah tidak akan pernah
merugi. Sedikitpun . Itu janji Allah, Allah saja membenci hambaNya yang ingkar
janji, akankah Allah ingkar janji terhadap kita? Mustahil dan tidak akan
pernah.
Terang-Terangan ataupun
Sembunyi-Sembunyi
“Entaran
aja ah infaknya, nunggu masjidnya sepi” atau “Ih..., dia sedekah aja pake
disyuting segala, riya’ banget sih, kepengen sejagat tau kali ya kalau dia
sedekah satu milyar ke panti asuhan itu” itulah beberapa ungkapan yang
terkadang sering terucap dari diri kita. Karena ingin menghindari ketidak
ikhlasan ataupun riya’, kita menunggu jama’ah masjid benar-benar sepi padahal
itu sangat memakan waktu. Ataupun ketika kita di lain waktu menyaksikan acara
di sebuah stasiun televisi yang memberitakan seorang pengusaha menyedekahkan
uang senial jutaan rupiah atau bahkan milyaran untuk kaum dhuafa, dan kita
dengan pikiran yang sempit menganggap mereka berinfak untuk riya’ semata,
padahal kita sama sekali tidak mampu menebak isi hati, apalagi niat seseorang.
Terlebih lagi dalam al-Qur’an bahkan diperbolehkan untuk berinfak secara
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
“Orang-orang
yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara)sembunyi-sembunyi
maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:274)
Jadi
tidak ada alasan karena takut riya’, takut dilihat orang lain, atau
alasan-alasan lain yang terkadang kita hanya mencari-carinya saja, kita gagal
untuk bersedekah. Dimanapun dan kapanpun itu, mari kita men-dawamkan
diri kita untuk bersedekah. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?.