"Hi, my name is Najwa..."
Muslimah berjilbab biru tua itu menyapa rombongan guide kami. Wajah innocent
yang khas asia ini terlihat begitu bergairah. Subhanallah... exciting!. Ya,
pengalaman pertama saya jadi guide untuk 'turis' asing di pondok kami, dan ya
kok kebetulan juga
dipertemukan dengan orang Thailand...Alhamdulillah :-).
Jujur saja,
sebenarnya tidak terlintas sedikitpun di benak saya bisa punya kesempatan
menjadi guide. Lebih-lebih menjadi guide turis asing manca negara, wah keren
tuh!.
Bisa
dikatakan ini nasib mujur sekaligus apes buat saya. Mungkin Anda sekalian
bertanya, Lha? kok bisa?. Ya, nasib mujur karena punya kesempatan untuk
berbincang dan bertukar wawasan langsung dengan mereka. Apesnya? asal
saudara-saudara yang budiman ketahui, kualitas berbahasa inggris saya masih
bisa dibilang 'kepla-keple' ya... bahasa kerennya cap 'tempe', alias tidak bisa
di andalkan sama sekali untuk urusan meng-guide seperti ini.
Awal
mulanya, berita kedatangan tamu dari Thailand ini sudah santer diperbincangkan
seantero pondok tempat saya menimba ilmu dan mengabdi, Al-Amien Prenduan.
Segala persiapan mulai dari tempat menginap, kendaraan untuk berkeliling
pondok, meeting room untuk beramah-tamah sampai ke hal-hal detail seperti menu
yang akan dihidangkan, termasuk siapa yang bakal menjadi 'guide' pun sudah
dipersiapkan secara rapi dan matang. Dan muncullah sederet nama yang notabene
teman-teman dari Markazul Lughah (pusat pengembangan bahasa Arab dan Inggris di
pondok kami) yang akan menjadi guide di acara itu, dan jangan diragukan lagi
kemampuan berbahasa Inggris mereka, TOP lah. Dan yang pasti, diantara beberapa
nama itu tidak tertulis 'Muhshonah Mujahidah' alias saya sendiri.
Wah,
pokoknya lumayan heboh. Sampai ada short course untuk para guide yang diarahkan
langsung oleh para ustadz senior. Saya sempat berkelakar pada teman-teman yang
ditunjuk menjadi guide, "Ntar kalau ada Mario Maurer versi muslim, ajakin
foto bareng kita yah...hehe"
Dan hari itu
tiba. Sejak bakda subuh para 'guide' sudah berpenampilan rapi lengkap dengan
jas dan sepatu mereka. Sedangkan kami yang merupakan guru pengabdian, juga
sudah siap-siap berangkat ke mushalla untuk menjalankan rutinitas setiap pagi.
Men-tasmi'(menerima setoran hafalan dari santriwati). Ketika saya hendak duduk
di tempat 'dinas', seorang santri memanggil nama saya.
"Afwan
ustadzah, antum ditunggu teman-teman antum untuk jadi guide di depan
asrama.."
"Saya?"
Jujur saja saya kaget. Ah..., bercanda ni anak kecil...hehe.
"Iya
ustadzah, itu yang minta pak Kyai Abdullah kata ustadzah yang lain". Kyai
Abdullah? wah, nggak salah denger nih saya? batin saya dalam hati.
Beliau kan Mudir 'Aam, nggak mungkin kan beliau mau bercanda pagi-pagi buta
begini?
Dan... yah,
akhirnya hal itu terjadi juga. Saya jadi guide dadakan! spontanitas! tanpa
training ataupun short course seperti rekan yang lain. Bisa dibayangkan gimana
kalang-kabutnya saya waktu itu. Syukur Alhamdulillah stelan jas saya sudah saya
setrika semalam, jadi bisa langsung pakai. Mungkin kalau difilm-kan, adegan
ganti kostum saya nih mirip-mirip sama superman atau batman. Setiap ada keadaan
genting langsung CLING! berubah deh..hehe.
Kami para
guide berkumpul serentak di depan penginapan tamu, sembari menunggu para tamu
selesai bersih-bersih diri kami berdiskusi. Teman-teman yang sempat di training
pada hari sebelumnya sudah pada sibuk berdiskusi dengan bahasa Inggris cas cis
cus yang siap mereka ajukan nanti. Sedangkan saya? hanya terbengong saja
memperhatikan mereka, what should I do? Bingung juga. Ya sudah, saya memilih diam
saja sambil mengamati rumput yang bergoyang. hahaha... puitis dan melow sekali
kedengarannya bukan?.
Krieek...,
pintu sebuah kamar terbuka.
"Hi...
Assalamu'alaikum... My name is Najwa...." Semua orang bergeming
ditempatnya. Semua dari kami menjawab salam. Saya lihat teman-teman terlihat
malu-malu 'kucing' yang mau menyambut. Wah..., kalau pada malu-malu kucing
semua gini... kasian nih bule innocent ini cuman dibiarin pamer senyum
pepsodent-nya, masa' jauh-jauh dari Thailand ke Indonesia cuman mau dibiarin
'unjuk gigi'. Ah, biarin... bismillah... nekat mau nyamperin
Bismillah.
Dengan segala kosa kata yang saya hafal, entah itu grammar-nya benar
atau salah, saya dengan modal hanya rasa pede memberanikan untuk memperkenalkan
diri. Dan betapa terkejutnya saya, ternyata dari kurang lebih sepuluh rombongan
akhwatnya yang bisa berbahasa Inggris dan mengerti hanya tiga orang. Bahkan
sebenarnya, mereka juga tidak terlalu fasih berbahasa Inggris. Wah...,
senangnya... jadi ngerasa punya temen nih.. hehe...
Agenda dilanjutkan
dengan sarapan pagi. Ternyata nih,orang Thailand itu sudah biasa mencampurkan
susu ke semua jenis makanan dan minuman. Teh campur susu. Tumis campur susu.
Daging campur susu. Pop corn campur susu... wah... pokoknya everything serba
susu deh. Jadi, bisa dibayangkan gimana rasanya?. Fakta menarik lainnya nih,
katanya kalau di Thailand itu tidak ada air mineral kemasan gelasan dari
plastik transparan seperti di negri kita. Kalau disana, entah itu air putih,
susu, soda, teh dan minuman sejenisnya semuanya dikemas dalam bentuk kaleng.
Jadi, kalau dirupiahkan kira-kira harga sekaleng air mineral berkisar
Rp.5.000,00 sampai Rp. 10.000,00. Wah..., mahal juga ya untuk harga 'seteguk'
air mineral. Saya jadi merasa sangat bersyukur, Alhamdulillah... di Indonesia
cukup dengan lima ratus rupiah sudah bisa mendapat segelas air mineral. Setelah sarapan, acara pagi itu ditutup dengan sedikit murojaah bareng
para tamu yang diprkarsai oleh Najwa sendiri, duh… terenyuh rasanya kalau lihat
mereka sedang mengaji. Meskipun tidak sefasih lisan kita yang orang Indonesia,
tapi semangat belajar mengaji dan menghafal Qur’an nya itu lo.. patut di
ancungi dua jempol.
Selesai
sarapan, kami semua berkumpul di Majelis(Mushalla-red) untuk berdiskusi dengan
apartur pondok dan saling bertukar fikiran. Sejauh ini, perkembangan umat Islam
di Thailand sudah menunjukkan angka yang signifikan. Dalam sebuah kota
kabupaten, sedikitnya kurang lebih ada 100-an Masjid dan mushalla yang menjadi
pusat kegiatan muslim Thailand. Ya, muslim di Thailand
merupakan minoritas, tapi kesolidan mereka untuk menghidupkan Islam di negri
gajah putih itu sangat luar biasa. Dari membentuk halaqah-halaqah, pengajian
rutin, sampai arisan ibu-ibu semuanya bertujuan untuk saling menjaga dan
menguatkan aqidah mereka. Saya sendiri jadi membandingkan dengan keadaan ummat
Islam di Indonesia yang mayoritas. Banyak sih banyak…, banyak juga yang masih
kosong Masjidnya, banyak yang masih renggang pengajiannya, banyak koruptornya,
banyak malingnya, dan banyak-banyak lainnya yang masih belum mencerminkan
pribadi ‘seorang’ muslim. Astaghfirullah…
Suasana diskusi dan ramah-tamah
Adik-adik kita memberi sambutan dengan hadrah "Ar-Rizani"
Nah…, waktunya keliling ma’had nih. Dengan empat mobil, rombongan tamu
beserta para guide-nya mulai menyisir area pondok. Pertanyaan yang terlontar
cukup banyak. Tapi, ada beberapa tamu yang terkantuk-kantuk juga sih… hehe,
wajarlah… mereka baru samapi dini hari, paginya langsung di geret oleh
para guide-nya. Hebohnya, waktu para tamu turun dari mobil untuk melihat-lihat
asrama santri, wuih… ada yang minta foto bareng, minta tanda tangan dan lucunya…
ada yang minta di peluk, weleh-weleh… ya, tapi untungnya para tamu malah
antusias dengan adegan ‘konyol’ para adik-adik kami itu.
Adik-adik kita pada nggak mau kalah nih, ikutan foto bareng juga
Break time, kami mengajak para tamu untuk menikmati es krim di koperasi
pondok. Wah, sepertinya mereka malah exciting ke beberapa model baju muslimah
yang dipejeng di etalase koperasi. Kata Najwa, “Wow… how beautiful Indonesia’s
muslimah wear, it cheaper than on Thailand…” wah… keren ya? Lebih murah? Hehe,
miris juga ya mendengarnya kalau harus menyadari kalau nilai rupiah memang di tendang
jauh ke dasar jurang.
Hari yang melelahkan, but very amazing!. Mungkin kalau diceritain bakal
sampai berlembar-lembar folio nih, hehe. Ya, akhirnya tour hari itu harus
berakhir juga. Sedih juga rasanya, apalagi saya sudah di anggap sepeti saudara
sendiri oleh Najwa(srius lho, bukan manipulasi hehe). Paling berat saat
menyaksikan mobil mereka mulai meninggalkan pelataran pondok kami. Semoga kita
dapat bertemu di lain kesempatan, insyaAllah.
“I love you all cause Allah…!” seru Najwa dari balik kaca mobil. Ahh…
indahnya.
“Love you too, Najwa.”
Najwa(berjilbab biru) bersama para rombongan
Ini wajah para 'ikhwan' dari Thailand
Waktunya dinner...